Halo sobat Essamo
Rubrik ini merupakan wujud kreativitas dan dedikasi guru Essamo pada khususnya dan guru- guru Nusantara pada umumnya di dunia pendidikan. Enjoy and like ya...
Perubahan Perilaku Belajar Sosiologi Materi Kearifan Lokal Dengan NHT Berbantu Kartu Bergambar
Pendidikan di Indonesia terus mengalami proses transformasi dari waktu ke waktu. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan nasional, pemerintah telah melakukan berbagai upaya reformasi, salah satunya adalah dengan melakukan pembaharuan kurikulum secara berkelanjutan. Dimulai dari Kurikulum 1968, dilanjutkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), hingga saat ini kita mengenal Kurikulum Merdeka sebagai bentuk pembelajaran yang lebih fleksibel, berorientasi pada potensi dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum Merdeka hadir untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi peserta didik dalam mengembangkan diri, termasuk dalam hal eksplorasi nilai-nilai budaya lokal melalui pembelajaran yang kontekstual dan bermakna.
Dalam struktur Kurikulum Merdeka di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), mata pelajaran Sosiologi menjadi salah satu pilihan bagi peserta didik di rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Di kelas XII, terdapat sejumlah Kompetensi Dasar (KD) yang dikembangkan menjadi indikator-indikator pencapaian pembelajaran, salah satunya adalah materi mengenai kearifan lokal. Materi ini sangat penting karena kearifan lokal mencerminkan identitas, nilai, dan norma masyarakat yang telah terbentuk dan diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, meskipun terlihat sederhana, penyampaian materi ini di kelas seringkali menghadapi tantangan tersendiri.
Kesulitan utama dalam menyampaikan materi kearifan lokal adalah sifatnya yang abstrak apabila hanya dijelaskan secara verbal. Kearifan lokal sejatinya berkaitan erat dengan kehidupan nyata dan membutuhkan contoh-contoh konkret agar dapat dipahami secara utuh oleh peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, yang tidak hanya mengandalkan ceramah semata. Keberhasilan pembelajaran materi ini sangat bergantung pada berbagai faktor dalam proses belajar mengajar, mulai dari program pengajaran, pengorganisasian kelas, penggunaan metode dan media pembelajaran, hingga sikap dan karakteristik guru dalam mengelola pembelajaran.
Salah satu aspek penting yang turut menentukan keberhasilan pembelajaran adalah perilaku belajar peserta didik. Perilaku belajar mencerminkan sikap siswa dalam merespon kegiatan belajar, termasuk tingkat antusiasme, tanggung jawab, serta partisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Selama ini, dalam praktik di lapangan, materi kearifan lokal kerap disampaikan dengan pendekatan konvensional, yaitu ceramah satu arah tanpa media pendukung. Akibatnya, peserta didik cenderung menunjukkan perilaku belajar yang negatif: mereka tampak kurang termotivasi, tidak memperhatikan, dan tidak aktif dalam proses pembelajaran, termasuk ketika diskusi berlangsung.
Melihat kenyataan ini, guru sebagai fasilitator pembelajaran dituntut untuk kreatif dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang mampu menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Salah satu inovasi yang telah diterapkan di SMA Negeri 1 Mojolaban, Sukoharjo, adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) berbantu media kartu bergambar dalam pembelajaran materi kearifan lokal. Model pembelajaran ini merupakan bagian dari strategi pembelajaran aktif yang menekankan kerjasama dan keterlibatan setiap individu dalam kelompok.
Model NHT memiliki keunikan tersendiri karena mengharuskan setiap anggota kelompok untuk aktif terlibat dalam diskusi. Dalam model ini, setiap peserta didik diberi nomor, kemudian guru mengajukan pertanyaan atau tugas, dan setelah diskusi kelompok, guru secara acak menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompok dalam menyampaikan hasil diskusi. Strategi ini menumbuhkan rasa tanggung jawab individual dan menjamin partisipasi seluruh anggota kelompok. Dengan demikian, tidak ada siswa yang merasa bisa "bersembunyi" di balik teman-temannya yang lebih aktif.
Penggunaan media kartu bergambar sebagai alat bantu dalam model NHT juga menjadi faktor penting yang berkontribusi terhadap keberhasilan pembelajaran. Media pembelajaran berperan sebagai jembatan antara materi yang abstrak dengan pengalaman konkret peserta didik. Daryanto (2011) menyebutkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima dalam proses belajar mengajar. Dalam konteks ini, kartu bergambar menjadi sarana visual yang mampu membantu siswa memahami konsep kearifan lokal dengan lebih baik, karena gambar dapat menggambarkan situasi, objek, atau peristiwa nyata yang relevan dengan kehidupan masyarakat.
Penggunaan kartu bergambar memiliki banyak keunggulan. Selain mudah dibuat dan ekonomis, media ini dapat menarik perhatian peserta didik, mempermudah pemahaman materi, serta memungkinkan guru untuk menyajikan objek-objek yang tidak mungkin dibawa ke dalam kelas. Dalam pembelajaran kearifan lokal, kartu bergambar dapat berupa representasi dari tradisi, simbol budaya, bangunan adat, makanan khas, dan sebagainya. Ketika peserta didik melihat gambar-gambar tersebut, mereka terdorong untuk bertanya, berdiskusi, dan mencari tahu lebih dalam, sehingga pembelajaran menjadi lebih interaktif dan menyenangkan.
Setelah penerapan model NHT berbantu kartu bergambar, terdapat perubahan yang signifikan dalam perilaku belajar peserta didik di kelas XII SMA Negeri 1 Mojolaban. Peserta didik menunjukkan peningkatan minat dan antusiasme dalam mengikuti pembelajaran. Warna-warni dan visualisasi menarik dari kartu bergambar mampu menggugah rasa ingin tahu mereka. Pada tahap pendahuluan pembelajaran, ketika guru melakukan apersepsi dan mengenalkan materi melalui gambar, perhatian peserta didik mulai terpusat. Ini merupakan indikasi awal bahwa pendekatan pembelajaran yang dilakukan berhasil menarik minat siswa.
Selama proses pembelajaran inti, peserta didik terlihat lebih aktif dalam berdiskusi kelompok. Mereka tidak hanya duduk pasif, tetapi saling bertukar pendapat, mendiskusikan isi dari kartu bergambar, dan berupaya memahami makna kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Karena semua anggota kelompok berpotensi untuk dipilih menyampaikan hasil diskusi, masing-masing siswa merasa perlu memahami materi dengan baik. Akibatnya, keterlibatan mereka dalam diskusi meningkat dan pembelajaran menjadi lebih dinamis.
Kondisi diskusi kelas pun menjadi lebih hidup. Ketika kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, peserta didik dari kelompok lain mulai menunjukkan ketertarikan dengan mengajukan pertanyaan dan menanggapi penjelasan yang diberikan. Tidak seperti sebelumnya, di mana hanya beberapa siswa yang aktif, kini hampir seluruh peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan bertanya menjadi indikator bahwa mereka merasa lebih percaya diri dan nyaman dalam lingkungan belajar yang kolaboratif.
Selain itu, kerja sama dalam kelompok mengalami peningkatan. Tugas-tugas yang diberikan oleh guru, seperti menganalisis dan menjelaskan isi dari kartu bergambar, dikerjakan secara kolektif. Setiap anggota kelompok memiliki pemahaman yang menyeluruh terhadap semua materi yang dibahas. Hal ini mencerminkan keberhasilan pendekatan pembelajaran kooperatif dalam menciptakan tanggung jawab bersama serta memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Dampak dari pendekatan ini tidak hanya terbatas pada aspek kognitif, tetapi juga pada sikap dan nilai yang tertanam pada diri peserta didik. Melalui pemahaman terhadap kearifan lokal, siswa tidak hanya belajar tentang budaya dan nilai-nilai luhur bangsa, tetapi juga membentuk sikap saling menghargai, toleransi, serta kebanggaan terhadap identitas lokal. Pendidikan tidak lagi sekadar proses transfer ilmu, melainkan menjadi proses pembentukan karakter yang berlandaskan pada nilai-nilai sosial budaya yang hidup dalam masyarakat.
Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu kartu bergambar dapat menjadi salah satu solusi strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pada materi yang bersifat kontekstual seperti kearifan lokal. Model ini tidak hanya membuat siswa lebih aktif dan bertanggung jawab, tetapi juga membantu mereka memahami konsep yang diajarkan secara lebih konkret dan menyenangkan.
Kisah sukses dari SMA Negeri 1 Mojolaban ini menjadi bukti bahwa inovasi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman. Guru sebagai ujung tombak pendidikan perlu terus mengembangkan kompetensi dan kreativitasnya agar proses pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan. Di era Kurikulum Merdeka ini, pembelajaran yang humanis, kolaboratif, dan kontekstual adalah kunci dalam mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas, peduli, dan berkarakter.
Penulis : Lilis Sumantri, S.Sos. Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo